Nafas Allah di Setiap Halaman: Memahami Inspirasi Alkitab

Nafas Allah di Setiap Halaman: Memahami Inspirasi Alkitab
Photo by Aaron Burden / Unsplash

Artikel ini memulai satu seri pembahasan yang luar biasa penting mengenai Alkitab yang adalah fondasi bagi iman Kristen. Dalam seri ini kita akan melihat bagaimana Allah mewahyukan diri-Nya melalui Alkitab, bagaimana kitab-kitab di dalamnya dipilih, bagaimana teksnya dijaga dengan setia selama ribuan tahun, dan bagaimana bukti-bukti dari sejarah dan arkeologi terus mengukuhkan kebenarannya. Ini adalah sebuah perjalanan yang akan meneguhkan iman kita dan memperdalam kekaguman kita akan Allah yang berbicara kepada umat-Nya.

Pada bagian pertama ini, mari kita mulai dengan merenungkan pertanyaan ini: Apa sebenarnya yang kita maksudkan ketika kita berkata bahwa Alkitab adalah "Firman Tuhan"?

Satu Penulis

Kita harus jelas bahwa Alkitab yang terdiri dari 66 buku memiliki satu Pengarang (author), yaitu Allah.

Ke-66 buku dalam Alkitab ditulis oleh kira-kira 40 orang yang hidup dalam zaman yang berbeda-beda, mulai dari Nabi Musa yang menulis buku pertama (Kejadian) hingga Rasul Yohanes yang menulis buku terakhir (Wahyu). Jarak antara Musa hingga Yohanes adalah kurang lebih 1500 tahun.

Tabel berikut menunjukkan beberapa buku, penulis, dan perkiraan tahun penulisannya (SM = Sebelum Masehi yaitu sebelum kelahiran Yesus).

Buku Penulis Tahun Penulisan
Kejadian Nabi Musa sekitar tahun 1400 SM
Mazmur Raja Daud sekitar tahun 1000 SM
Yesaya Nabi Yesaya sekitar tahun 700 SM
Galatia Rasul Paulus sekitar tahun 48 M
Wahyu Rasul Yohanes sekitar tahun 85 M

Dengan demikian, kita tidak boleh berpikir bahwa Alkitab adalah buku yang "jatuh dari langit" seakan-akan seluruh isi Alkitab diberikan oleh Allah secara langsung atau sekaligus dalam satu paket yang turun dari surga ke bumi.

Inspirasi Kitab Suci

Apabila kita membaca Alkitab maka kita akan segera menyadari bahwa 66 buku dalam Alkitab terdiri dari bermacam-macam gaya sastra. Beberapa buku kita baca sebagai buku narasi sejarah (seperti Keluaran, Samuel, Raja-Raja, dan Ester). Buku-buku yang lain membawa gaya sastra puisi, sajak, atau pepatah (seperti Mazmur, dan Amsal). Sedangkan buku-buku yang lain membawa gaya yang unik seperti penglihatan (Daniel), dan teguran Ilahi (kitab para nabi).

Keragaman ini menunjukkan bahwa Tuhan memberi kepada kita Kitab Suci yang ditulis secara manusiawi yang berarti firman diberikan melalui pribadi manusia yang seutuhnya, yaitu melalui gaya dan kepribadian manusia yang ada di dalam konteks kebudayaan dan situasi sejarah tertentu.

Allah tidak mematikan kepribadian para penulis Alkitab. Musa, seorang pemimpin dan legislator ulung, menulis dengan gaya hukum dan sejarah. Daud, seorang gembala dan raja yang puitis, menulis mazmur-mazmur yang indah. Paulus, seorang rabi yang terpelajar, menulis surat-surat dengan argumen teologis yang mendalam dan logis. Lukas, seorang dokter dan sejarawan yang teliti, menulis Injil dan Kisah Para Rasul dengan detail historis yang akurat.

Allah menggunakan latar belakang, pendidikan, gaya bahasa, dan bahkan emosi dari para penulis ini. Namun, melalui semua itu Allah bekerja secara misterius dan berdaulat, memastikan bahwa setiap kata yang mereka tulis adalah persis seperti yang Allah kehendaki untuk disampaikan, tanpa salah dan tanpa keliru dalam naskah aslinya.

Jadi, ketika kita membaca perkataan Yesaya, kita sedang membaca Firman Tuhan. Ketika kita membaca tulisan Yohanes, kita sedang membaca Firman Tuhan. Inilah keajaiban inspirasi Alkitab: Firman yang sepenuhnya ilahi, disampaikan melalui pribadi-pribadi yang sepenuhnya manusiawi.

Inspirasi Kitab Suci tidak menghilangkan kepribadian dari nabi yang menjadi pembawa pesan Allah kepada umat-Nya.

Inilah keindahan Alkitab. Kitab Suci Kristen memiliki gaya sastra yang sangat kaya dan gaya penulisan yang sangat beragam tetapi membawa satu pesan yang berasal dari satu Pemberi pesan.

Seperti suatu simfoni yang terdiri dari beragam alat musik yang berbeda tetapi menghasilkan satu musik yang indah sesuai keinginan sang konduktor, demikianlah Alkitab dengan puluhan orang penulis yang menulis dengan beragam gaya sastra tetapi membawa satu kisah yaitu kisah tentang Allah.

orchestra playing their piece
Photo by Manuel Nägeli / Unsplash

Keindahan simfoni Alkitab ini sangat berbeda dengan suara monoton pada kitab lain yang dipercaya oleh para pengikut kitab tersebut sebagai hasil dari dikte mutlak dari yang Ilahi kepada sang nabi.

Dalam pandangan mereka, nabi berfungsi semata-mata sebagai sekretaris yang mengingat persis kata-kata yang disampaikan kepadanya, kemudian mencatat kata-kata tersebut persis sama sehingga tidak ada unsur kontekstual maupun personal dari nabi yang menerima dikte tersebut.

Klaim pemberian wahyu secara mekanistik ini melahirkan agama yang juga mekanistik, ritualistik dan legalistik.

Melalui seri tulisan ini, saya berharap teman-teman bisa melihat keindahan Alkitab, membuka Alkitab dan mulai membaca pesan yang indah yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada kita.

Mengapa ini penting?

Bagi kita pengikut Yesus, kita tahu dan percaya bahwa Alkitab dan hanya Alkitab yang merupakan Firman Tuhan. Alkitab sendiri mengatakan kepada kita:

"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2 Timotius 3:16).

2 Tim 3:16

Frase "yang diilhamkan Allah" pada ayat di atas adalah terjemahan dari satu kata Yunani yaitu θεόπνευστος (theopneustos) yang secara hurufiah berarti "diembuskan Allah."

Alkitab adalah karya Allah karena seluruh tulisannya dihembuskan oleh Allah, dan oleh karena itu memiliki pemahaman yang benar mengenai inspirasi Alkitab memberikan kepada kita:

  1. Kepastian: Karena Alkitab dinafaskan oleh Allah, maka ia memiliki otoritas tertinggi. Ketika kita membacanya, kita dapat yakin bahwa kita sedang mendengar suara Allah sendiri. Perkataan-Nya benar, janji-janji-Nya pasti, dan perintah-perintah-Nya baik.
  2. Keyakinan: Karena Alkitab adalah Firman Tuhan yang tidak mungkin salah, kita bisa mempercayainya sepenuhnya. Di tengah dunia yang penuh dengan kebohongan dan ide-ide yang silih berganti, Alkitab adalah jangkar yang kokoh bagi jiwa kita. Kita bisa membangun seluruh hidup kita di atas kebenarannya.
  3. Ketekunan: Paulus mengatakan Alkitab bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik dalam kebenaran. Alkitab bukanlah buku mati. Ia "hidup dan kuat" (Ibrani 4:12), dan melalui karya Roh Kudus, ia memiliki kuasa untuk mengubah hati, pikiran, dan kehidupan kita secara radikal agar semakin serupa dengan Kristus.

Karena itu, marilah kita mendekati Alkitab bukan dengan keraguan, tetapi dengan penuh rasa syukur dan pengharapan. Di dalam halaman-halamannya, kita menemukan nafas Allah sendiri, yang siap untuk mengisi paru-paru rohani kita, memberi kita kehidupan, hikmat, dan kekuatan untuk setiap hari.

Bagi para pengikut agama lain yang memegang pandangan bahwa wahyu kitab suci diberikan secara mekanistik, maka Anda perlu menyesuaikan cara pandang Anda ketika membaca dan mempelajari Alkitab.

Berhentilah menggunakan standar inspirasi mekanistik yang tidak dikenal oleh Kekristenan dan yang asing dalam dunia studi Alkitab. Apabila Anda akan mengevaluasi agama Kristen, maka mulailah dengan membaca Kitab Suci agama Kristen, yaitu Alkitab, sebagaimana adanya bukan sebagaimana Anda kehendaki.

Dalam artikel berikutnya, kita akan membahas sebuah tuduhan yang sering dilontarkan: Benarkah buku-buku dalam Alkitab ditentukan oleh sebuah konsili gereja ratusan tahun setelah Kristus? Kita akan melihat peran Konsili Nicea dan bagaimana proses kanonisasi Alkitab sesungguhnya terjadi.

Tuhan memberkati ✝️